Hewan laut dari berbagai ukuran, mulai dari zooplankton mikroskopis hingga paus raksasa, menghadapi ancaman serius dari polusi microplastik. Fragmentasi plastik di lautan telah menghasilkan miliaran partikel kecil yang mudah tertelan. Tapi, apa yang terjadi pada pencernaan mereka saat menelan partikel-partikel asing ini?

Salah satu dampak paling langsung adalah penyumbatan fisik pada saluran pencernaan. Microplastik, terutama yang berbentuk serat atau fragmen besar, dapat menumpuk di perut atau usus hewan. Ini menghalangi aliran normal makanan melalui sistem pencernaan.

Akibat penyumbatan, hewan laut yang mengonsumsi microplastik akan merasa kenyang palsu. Mereka tidak merasakan dorongan untuk mencari makan lagi, meskipun sebenarnya belum mendapatkan nutrisi yang cukup. Ini berdampak serius pada asupan energi dan pertumbuhan.

Kondisi kenyang palsu ini menyebabkan malnutrisi kronis. Hewan menjadi kekurangan gizi, kehilangan berat badan, dan energinya berkurang. Dalam jangka panjang, malnutrisi dapat mengganggu fungsi vital, termasuk sistem kekebalan tubuh dan reproduksi.

Selain itu, microplastik bisa menyebabkan kerusakan internal. Tepi yang tajam atau bentuk yang tidak beraturan dari beberapa partikel dapat melukai dinding saluran pencernaan. Ini bisa menyebabkan peradangan, infeksi, dan bahkan pendarahan internal yang fatal.

Microplastik juga bertindak sebagai vektor bagi bahan kimia berbahaya. Permukaan plastik memiliki kemampuan untuk menyerap polutan organik persisten (POP) dan logam berat dari air laut. Ini termasuk pestisida, PCB, dan merkuri yang sangat toksik.

Ketika hewan laut menelan microplastik yang terkontaminasi, bahan kimia beracun ini dapat dilepaskan ke dalam tubuh mereka. Racun-racun ini kemudian dapat berakumulasi dalam jaringan dan organ, menyebabkan keracunan dan gangguan hormonal.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan microplastik dapat memengaruhi perilaku makan dan migrasi pada beberapa spesies. Hewan laut yang sakit atau lemah karena penelanan microplastik mungkin kurang mampu berburu atau menghindari predator.

Dampak ini tidak hanya terbatas pada individu hewan, tetapi juga dapat memengaruhi populasi dan ekosistem secara keseluruhan. Berkurangnya populasi spesies kunci akibat microplastik dapat mengganggu keseimbangan rantai makanan di laut.

Meskipun sistem pencernaan hewan laut bervariasi, ancaman microplastik bersifat universal. Dari filter-feeder seperti kerang dan paus balin hingga predator seperti ikan tuna dan hiu, semuanya berisiko menelan partikel ini.